Pencitraan Syaraf
Pencitraan syaraf fungsional adalah penggunaan teknologi pencitraan syaraf untuk mengukur aspek fungsi otak, seringkali dengan pandangan untuk memahami hubungan antara aktivitas di bagian otak tertentu dan fungsi mental tertentu. Ia umumnya digunakan sebagai alat penelitian dalam neurosains kognitif, psikologi kognitif, neuropsikologi, dan neurosains sosial.
Saat ini metode pencitraan syaraf fungsional yang ada adalah PET, fMRI, EEG, MEG, NIRSI, dan SPECT. PET, fMRI dan NIRSI dapat mengukur perubahan lokal dalam aliran darah serebral terkait aktivitas syaraf. Perubahan ini disebut aktivasi. Daerah otak yang diaktivasi ketika subjek melakukan tugas tertentu dapat berperan dalam perhitungan syaraf yang menyumbang pada perilaku tersebut. Sebagai contoh, aktivasi luas lobus okkipital ditemukan dalam tugas yang melibatkan rangsangan visual (dibandingkan dengan yang tidak). Bagian otak ini menerima sinyal dari retina dan diyakini berperan penting dalam persepsi visual.Metode lainnya seperti EEG dan MEG menggunakan perekaman arus listrik atau medan magnet.
Berbagai metode memiliki manfaat berbeda untuk penelitian; sebagai contoh, MEG mengukur aktivitas otak dengan resolusi temporal tinggi (hingga level milidetik), namun terbatas pada kemampuannya untuk melokalisir aktivitas tersebut. fMRI melakukan tugas lebih baik dalam melokalisasi aktivitas otak untuk resolusi spasial, namun mengorbankan kecepatan.
Studi aktivasi tradisional berfokus pada penentuan pola distribusi aktivitas otak yang berasosiasi dengan tugas tertentu. Walau begitu, para ilmuan mampu lebih jauh memahami fungsi otak dengan mempelajari interaksi berbagai bagian otak, karena sebagian besar pengolahan syaraf dilakukan oleh jaringan beberapa bagian otak terintegrasi. Sebuah daerah aktif dalam penelitian pencitraan syaraf melibatkan pemeriksaan konektivitas fungsional daerah otak yang terpisah jauh dalam ruang. Analisis konektivitas fungsional memungkinkan karakterisasi interaksi syaraf antar daerah saat tugas kognitif atau motorik tertentu atau semata lewat aktivitas spontan saat tes. FMR dan PET memungkinkan penciptaan peta konektivitas fungsional dari distribusi ruang berbeda dari daerah otak yang berkorelasi secara temporal yang disebut jaringan fungsional.
Pencitraan syaraf fungsional dari fenomena-fenomena yang menarik sering diliput wartawan. Dalam satu kasus kelompok peneliti pencitraan syaraf fungsional besar terpaksa menulis surat ke New York Times akibat artikel mengenai studi tentang neuropolitik. Mereka mengatakan kalau sebagian penafsiran studi tersebut tidak berbasis ilmiah.
Saat ini metode pencitraan syaraf fungsional yang ada adalah PET, fMRI, EEG, MEG, NIRSI, dan SPECT. PET, fMRI dan NIRSI dapat mengukur perubahan lokal dalam aliran darah serebral terkait aktivitas syaraf. Perubahan ini disebut aktivasi. Daerah otak yang diaktivasi ketika subjek melakukan tugas tertentu dapat berperan dalam perhitungan syaraf yang menyumbang pada perilaku tersebut. Sebagai contoh, aktivasi luas lobus okkipital ditemukan dalam tugas yang melibatkan rangsangan visual (dibandingkan dengan yang tidak). Bagian otak ini menerima sinyal dari retina dan diyakini berperan penting dalam persepsi visual.Metode lainnya seperti EEG dan MEG menggunakan perekaman arus listrik atau medan magnet.
Berbagai metode memiliki manfaat berbeda untuk penelitian; sebagai contoh, MEG mengukur aktivitas otak dengan resolusi temporal tinggi (hingga level milidetik), namun terbatas pada kemampuannya untuk melokalisir aktivitas tersebut. fMRI melakukan tugas lebih baik dalam melokalisasi aktivitas otak untuk resolusi spasial, namun mengorbankan kecepatan.
Studi aktivasi tradisional berfokus pada penentuan pola distribusi aktivitas otak yang berasosiasi dengan tugas tertentu. Walau begitu, para ilmuan mampu lebih jauh memahami fungsi otak dengan mempelajari interaksi berbagai bagian otak, karena sebagian besar pengolahan syaraf dilakukan oleh jaringan beberapa bagian otak terintegrasi. Sebuah daerah aktif dalam penelitian pencitraan syaraf melibatkan pemeriksaan konektivitas fungsional daerah otak yang terpisah jauh dalam ruang. Analisis konektivitas fungsional memungkinkan karakterisasi interaksi syaraf antar daerah saat tugas kognitif atau motorik tertentu atau semata lewat aktivitas spontan saat tes. FMR dan PET memungkinkan penciptaan peta konektivitas fungsional dari distribusi ruang berbeda dari daerah otak yang berkorelasi secara temporal yang disebut jaringan fungsional.
Pencitraan syaraf fungsional dari fenomena-fenomena yang menarik sering diliput wartawan. Dalam satu kasus kelompok peneliti pencitraan syaraf fungsional besar terpaksa menulis surat ke New York Times akibat artikel mengenai studi tentang neuropolitik. Mereka mengatakan kalau sebagian penafsiran studi tersebut tidak berbasis ilmiah.