Kloning

Teknologi transfer inti sel yang dikenal secara luas dengan teknologi kloning merupakan teknologi yang banyak mendapat sorotan dari kalangan luas dan merupakan teknologi penuh kontroversial. Setiap pembicaraan mengenai kloning, orang akan teringat pada usaha “pembuatan manusia duplikat”. Walaupun sampai saat ini belum terdapat bukti nyata tentang keberadaan manusia kloning, masyarakat secara luas menolak teknologi ini karena adanya bukti-bukti hewan hasil kloning lain seperti domba Dolly, sapi, monyet, babi, kloning, kucing , dan masih ada sederetan lagi hewan-hewan hasil teknologi transfer inti sel yang semakin mendekati upaya “penciptaan” manusia duplikat.

Definisi Teknologi Transfer Inti Sel
Teknologi transfer inti sel atau kloning menurut Robinson (2001) merupakan produksi satu atau lebih tanaman atau hewan individual yang secara genetik identik dengan tanaman atau hewan yang lainnya. Klon sendiri diartikan sebagai sekumpulan organisme yang identik yang diturunkan dari suatu induk tungga (Voet and Voet 1995).

Jenis atau Tipe Teknologi Transfer Inti Sel
Teknologi transfer inti sel dibagi menjadi dua jenis atau tipe berdasarkan tujuan yang ingin dicapainya, yaitu teknologi transfer inti sel reproduktif cloning dan teknologi transfer inti sel therapeutic (Robinson 2001). Teknologi transfer inti sel reproduktif bertujuan menghasilkan suatu duplikat hewan (atau manusia jika mungkin) dari suatu hewan (manusia) yang ada. Teknologi ini telah berhasil digunakan untuk “melahirkan” domba, sapi, kera, babi, tikus, dan kucing duplikat. Pada tipe reproduktif, DNA yang berasal dari sel telur manusia atau hewan dihilangkan dan diganti dengan DNA yang berasal dari sel somatik (kulit, rambut, dan lain-lain) hewan atau menusia dewasa yang lain. Dengan suatu loncatan listrik, inti sel hewan atau manusia yang telah diinjeksikan pada sel somatik tersebut selanjutnya akan berkembang dan membelah. Selanjutnya, embrio hasil teknik ini dimasukkan (diimlantasikan) dalam rahim hewan atau manusia yang memungkinkan embrio berkembang menjadi hewan atau manusia baru.

Meskipun teknologi ini berpotesi menghasilkan individu hewan atau manusia yang identik dengan hewan atau manusia pendonor DNA, teknologi ini juga berpotensi besar menghasilkan kelainan genetik yang berat pada individu hasil kloning.Tipe kedua, yaitu teknologi transfer inti sel therapeutic memiliki tujuan akhir yang berbeda dengan tipe reproduktif. Tujuan teknologi tipe ini ialah menghasilkan suatu Stem cell yang memiliki potensi besar untuk berkembang menjadi organ-organ tubuh atau jarningan untuk kepentingan penggantian organ atau jaringan yang rusak pada manusia akibat suatu penyakit tertentu (penyakit degeneratif) tanpa adanya penolakan respon kekebalan tubuh penerima (Robinson, 2001).

Metode Teknologi Transfer Inti Sel
Secara umum prosedur yang dilakukan pada teknologi transfer inti sel somatik (kloning terapetik) terbagi atas tiga bagian, yaitu pembentukkan embronic stem cells, pengkulturan sel tipe spesifik yang murni, dan uji fisiolagis (uji efikasi dan uji keamanan)

Pembentukkan Sel Stem Embrionik
Pada pembentukkan sel stem embrionik, langkah pertama yang dilakukan ialah pengambilan inti sel dari sel telur. Hal yang sama juga dilakukan pada sel somatik. DNA yang berasal dari sel somatik selanjutnya ditransfer ke dalam sel telur yang sudah tidak memiliki inti sel. Melalui kejutan arus listrik, sel ini dirangsang untuk membentuk pra-embrio. Dalam suatu persentase kasus yang kecil, pra-embrio ini akan terbentuk. Selanjutnya, zona pelusida (lapisan tebal yang mengelilingi blastosit) di hilangkan dengan menambahkan suatu zat kimia tertentu. Massa sel bagian dalam dari blastosit selanjutnya di letakkan pada medium khusus yang selanjutnya akan berkembang dan menghasilkan banyak sel stem (Robinson, 2003).

Pengkulturan Sel Tipe Spesifik
Setelah diperoleh sel stem embrionik, setiap stem sel yang tumbuh dalam cawan petri yang mengandung medium tertentu diambil dan di letakkan pada cawan petri yang baru yang mengandung medium spesifik. Medium spesifik ini mengandung suatu zat tertentu yang dapat merangsang sel stem tumbuh menjadi jaringan atau organ tertentu.

Potensi Kloning Embrio Manusia
Kloning embrio manusia selain bermanfaat untuk menghasilkan stem cell yang nantinya akan dikembangkan menjadi jaringan atau organ penting manusia seperti kulit, ginjal, paru-paru, jantung, kelenjar pancreas, hati, jaringan syaraf, dan lain-lain untuk terapi berbagai penyakit seperti kerusakan jaringan kulit akibat terbakar, gagal ginjal, penyakit paru-paru akibat kanker atau penyebab lainnya, penyakit jantung koroner, penyakit diabetes akibat kerusakan pancreas, penyakit saraf seperti Parkinson dan Alzheimer, penyakit sirosis hati, juga memiliki manfaat yang tidak kalah pentingnya, yaitu dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang kemungkinan dari penyebab kesalahan pembawaan sifat pada manusia; yang mungkin berperan untuk mencegah aborsi spontan, dapat memberikan pemahaman mekanisme kerja dari morula yang menempelkan dirinya ke dinding uterus yang dapat menjadi alternatif kontrasepsi yang efektif, dapat digunakan untuk menemukan metode atau teknik mengakhiri pertumbuhan sel kanker dengan mengamati perkembangan yang cepat dari morula yang mirip dengan propagasi sel kanker, dapat digunakan untuk menguji ada atau tidaknya kerusakan atau penyakit genetik pada sel ovum, dan berbagai manfaat lain yang bisa dicapai dari teknologi ini (Robinson, 2001).